Turiskain
Turiskain, Tapal Batas RI yang Sering Disambangi Warga Timor Leste
Pasar di Turiskain, Belu (Danu Damarjati/detikcom)
Atambua - Kawasan tapal batas di Kabupaten Belu Nusa Tenggara
Timur ini menjadi favorit warga Timor Leste. Mereka rela bersusah payah
menyeberangi sungai demi mencapai wilayah terdepan Republik Indonesia
(RI) ini.Nama wilayahnya adalah Turiskain. Desa ini berada di tepian Sungai Malibaka. Di seberang sungai ini adalah daerah Maliana, Distrik Bobonaro, Republik Demokratik Timor Leste (RDTL).
Foto: Kondisi Kawasan Perbatasan Turiskain, Belu (Danu Damarjati/detikcom)
|
Mereka yang datang dari Timor Leste menyeberangi Sungai Malibaka terkadang diminta untuk menunjukkan paspor atau Pas Lintas Batas (PLB). Di sini juga ada Pos Imigrasi dan Pos Bantu Pelayanan Bea dan Cukai.
Foto: Kondisi Kawasan Perbatasan Turiskain, Belu (Danu Damarjati/detikcom)
|
Foto: Kondisi Kawasan Perbatasan Turiskain, Belu (Danu Damarjati/detikcom)
|
Jalan di perbatasan Turiskain berupa tanah yang digenangi air, karena akhir-akhir ini memang sedang sering turun hujan. Menanjak ke atas tak sampai 100 meter, ada Pasar Turiskain. Pasar inilah yang menjadi tujuan kebanyakan pelintas batas dari Timor Leste.
Foto: Kondisi Kawasan Perbatasan Turiskain, Belu (Danu Damarjati/detikcom)
|
Terpantau, arus pengunjung ke arah Indonesia lebih banyak ketimbang yang menyeberang ke Timor Leste. Terlepas dari itu, warga kedua wilayah memang sering saling mengunjungi, apalagi bila ada acara adat. Di Kabupaten Belu, ada 15 ribu Kepala keluarga yang berasal dari Timor Timur dan pindah ke Indonesia saat referendum 1999 dulu.
Foto: Kondisi Kawasan Perbatasan Turiskain, Belu (Danu Damarjati/detikcom)
|
Foto: Fitraya Ramadhanny
|
Sepanjang mata memandang, pinggiran sungai ditumbuhi rumput atau pohon kelapa. Agak jauh menerawang ke selatan, ada hutan adat. Terlihat juga BTS Telkomsel yang sinyalnya menjadi jembatan komunikasi di wilayah ini. Cuaca di Turiskain cerah dan lumayan terik saat kami berkunjung.
Foto: Kondisi Kawasan Perbatasan Turiskain, Belu (Danu Damarjati/detikcom)
|
Komentar
Posting Komentar